- Tumpek Pengatag.
(Tumpek pengarah, Tumpek pengunduh,atau Tumpek unduh)
Beberapa sumber yang menyatakan bahwa persiapan perayaan Galungan ini telah akan dimulai dari hari perayaan dari “tumpek pengatag” (Hari yang diartikan sebagai otonan tumbuh-tumbuhan-bukan berarti bahwa tumbuh-tumbuhan diciptakan Tuhan pada hari ini, tetapi lebih dimaknai sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan dalam aspeknya sebagai Dewa Sangkara yang telah menyediakan keperluan hidupnya manusia dalam kaitannya dengan tumbuh-tumbuhan).
Hari raya ini dilaksanakan pada hari Sabtu Sanicara Kliwon wuku Wariga. Menurut dari “Lontar Sundari Bungkah”, Wariga ini bisa mengandung makna “Wewarah ring Raga”. Selanjutnya tumbuh-tumbuhan atau pohon (Kayu ini dalam bahasa balinya) merupakan symbol dari “Kayun” atau pikiran. Dengan demikian, di balik prosesi “ngatag” atau memberitahukan tumbuh-tumbuhan bahwa perayaan Galungan sudah dekat sehingga memerlukan banyak buah untuk dapat dipakai persembahan, hari raya ini semestinya juga dimaknai sebagai langkah awal untuk mengingatkan diri perang antara Dharma dan Adharma dalam diri sedang berlangsung dan terus menerus akan berlanjut sampai kita manusia tutup usia. Karenanya sangat dibutuhkan rasa mawas diri dan introspeksi agar musuh utama dari diri manusia adalah berupa Sad Ripu (Kemarahan,Ketamakan,Kebingungan,nafsu indria, kemabukan materi, dan juga iri hati kebencian) tidak sampai mengalahkan kata hati dan memperbudak pikiran. Jadi perayaan hari tumpek pengatag ini bukan hanya prosesi yang harus dijalani tanpa pemahaman yang jelas..
- Sugian (Sugian Jawa dan Sugian Bali)
Jika kata “Sugian” ini diartikan sebagai “Penyucian” seperti kata dasarnya dari kata “Sugi”, dari kata bahasa Bali mendapat awalan “ma” menjadi “Masugi” yang artinya membasuh atau mensucikan diri maka Sugian sebagaimana disebutkan dalam Lontar Sundarigama, adalah suatu prosesi pembersihan dari Bhuana Agung / alam semesta yang dilambangkan dengan nama tempat diluar Bali yakni Jawa dan juga pembersihan Bhuana alit yang terdiri dari unsur badan jasmani dan rohani, yang mana ia dilambangkan dengan nama tempat di dalam yakni Bali. dalam lontar ini disebutkan bahwa Sugian Jawa merupakan pasucian Dewa Kalinggania pamrastista Bhatara Kabeh. Dan Sugian Bali disebutkan “Kalinggania amrestista raga tawulan”.makna dari hari raya Sugian ini adalah proses penyucian diri (Mikrocosmos) dan juga alam (Makrocosmos) karena keduanya sangat terkait satu dengan lainnya ibarat janin dalam rahim. (jika ada kebajikan dalam hati,akan ada keindahan dalam watak. Jika ada keindahan dalam watak, akan ada harmoni dalam rumah tangga. Jika ada harmoni dalam rumah tangga, maka akan ada ketertiban dalam Negara. Dan jika sudah ada ketertiban dalam Negara maka sudah pasti akan ada kedamaian dalam dunia.) jadi segala sesuatu harus dimulai dari diri sendiri. First to be, second to do, third to tell.
- Penyajaan
Pada hari ini Soma Pon Dungulan, umat merayakan Penyajaan berasal dari kata “Saja” Sungguh, “Sajaan” yang artinyabersungguh-sungguh atau sebagai kesungguhan hati dalam menyongsong kemenangan Dharma ini.namun dalam tafsir lain, kata penyajaan juga diartikan sebagai kata “Jaja” yang mendapat awalan Pe- dan akhiran –an sehingga menjadi kata penyajaan. Oleh sebab itu, pada hari ini umat hindu melakukan proses membuat jajanan untuk persembahan.
Dalam kaitannya dengan hari penyajaan Galungan, Lontar Sundari Gama menyebutkan Pengastawaning sang ngamong yoga semadhi. Yoga menyangkut komunikasi personal antara individu dengan Tuhan atau dengan dirinya sendiri. Komunikasi Atman dengan diri sendiri dalam hidup keseharian kita dikenal dengan istilah “Mendengar bisikan hati” oleh karena itu dalam segala aktivitas hendaknya manusia tidak pernah bisa menentang kata hatinya yang menyuarakan kebenaran, jangan sampai ia diperbudak pikiran yang kadang telah ditunggangi kepentingan indera. Kesungguhan hati harus dipraktekkan secara perlahan berbarengan dengan jalur evolusi spiritual yang dilalui oleh pelakunya walaupun sedemikian sulit untuk melaksanakannya. Jadi pelaksanaan dari penyajaan ini baru dikatakan berhasil jika dalam tahapan ini manusia bisa semakin dikuatkan dengan kesungguhan hati yang dimilikinya untuk mampu menahan segala bentuk dari godaan Adharma yang berusaha disusupkan oleh sang kala tiganing dungulan.
- Penampahan
Selanjutnya pada hari Selasa Wage wuku Dungulan, umat melakukan Penampahan.Kata penampahan ini berasal dari kata “Tampah” yang artinya bunuh.Jadi penampahan berarti membunuh. Makna simboliknya adalah mengorbakan sifat-sifat Kebinatangan contohnya babi dibunuh untuk upacara agama yang tulus iklas kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk keperluan yadnya.
- Galungan
Setelah melalui beberapa rentetan dari rangkaian, akhirnya pada Budha Kliwon wuku Dungulan, masyarakat hindu berada pada puncak perayaan. Pada hari ini bahkan dari pagi-pagi sekali, umat sudah disibukkan dengan kegiatan mebanten (Menghaturkan persembahan).Ritual persembahyangan ini bahkan bisa berlangsung sampai malam hari. Dalam lontar “Sundari Gama” disebutkan bahwa: Budha Kliwon Dungulan ngaran Galungan patitis ikang jnana Samadhi, galang apadang, maryakena sarva byaparaning idep. Artinya : Rabo Kliwon Dungulan, namanya Galungan, arahkan bersatunya rohani supaya mendapatkan pandangan yang terang sebagai wujud Dharma dalam diri, serta menghilangkan segala kekacau balauan pikiran yang merupakan bentuk dari Adharma.
Dari sinilah dapat kita simpulkan bahwasannya hakekat Galungan adalah hari raya suci perayaan kemenangan Dharma atas Adharma..Jadi perayaan Galungan bisa dikatakan berhasil dan layak untuk dirayakan adalah jika kita semakin bisa menunjukkan bahwa kita mahluk yang berbudi luhur, dipenuhi cinta kasih dan punya kontribusi positive terhadap upaya pelestarian lingkungan dalam upaya membangun keharmonisan dengan alam, masyarakat, dan utamanya kepada Tuhan. Namun jika kita masih dalam tatanan orang yang menafsirkan symbol agama secara sambil berlalu saja, tanpa mengerti apa yang kita kerjakan maka sebenarnya kita hanyalah orang yang hanya ikut memeriahkan kemenangan Dharma dan bukan sebagai orang yang pantas menikmati kemenangan.
Makna Filosofi dalam Perayaan Hari Raya Galungan
Dalam lontar Sunarigama dijelaskan; Rabu Kliwon Dungulan namanya Galungan, dan mengarahkan untuk bersatunya rohani supaya mendapatkan pandangan yang terang untuk mampu melenyapkan dan bisa melawan segala bentuk kekacauan dari pikiran.Jadi, Galungan adalah bisa untuk menyatukan kekuatan rohani diri kita agar mendapat pikiran dan pendirian yang terang.Untuk memenangkan Dharma atau kebajikan ini ada dari beberapa rangkaian upacara yang perlu dilaksanakan. Hari Raya Galungan juga mengandung makna dalam perayaan besar bagi umat Hindu, sehingga sebagaian besar pasar-pasar tradisional juga penuh sesak oleh warga yang akan bisa membeli persiapan untuk Hari Raya Galungan, mulai dari beli buah-buahan, bunga, kue, janur dan salah satu yang terpenting adalah bambu utuh yang diperlukan untuk pembuatan penjor di hias dengan berbagai kreasi seni kemudian dipasang dipintu masuk samping sebelah kanan rumah, kelihatan berjejer rapi disepanjang jalan, kelihatan begitu indah dan meriah.Yang mencirikan rasa mengangad agama hindu dalam merayakan hari rayanya. Juga memupuk rasa kerja sama antar keluarga, contohnya pembagian tugas dengan pembagian ibu membuat banten dengan anak perempuan dan ayah membut penjor dengan anak laki-laki yang dapt memupuk rasa kekeluargaan.
Tidak memaksakan kemampuan seseorang(agama hindu sangat fleksibel) Contohnya, semua Upacara Hindu di pulau dewata ini bisa dirayakan dengan berbagai tingkatan-tingkatan berdasarkan kemampuan seseorang, bisa dirayakan ditingkat paling rendah atau Nistaning utama sampai pada ketingkatan utama atau utamaning utama, jadi bagaimanapun bentuknya yang terpenting adalah kemampuan dan keiklasan sehingga tetap utama, tidak mengharuskan umatnya untuk mengeluarkan biaya yang tinggi. Ada yang juga yang sampai mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk upara agama tentulah itu kembali pada kemampuan, keiklasan dan rasa untuk sebuah keyakinan, tidak dihitung secara matematis. Alangkah baiknya seandainya kita mampu dan iklas, secara tidak langsung membantu sesama memutar roda perekonomian.
Hari raya galungan juga memiliki makna sangat begitu jauh mendalam sebagai sebuah kebanggaan mengimani keyakinan dari Sanathana Dharma dalam tatanan agama yang disebut Hindu karena dalam pengamalan ajaran agamanya, Hindu sangat dekat dengan alam. Berbagai ritual keagamaan semestinya dilaksanakan untuk selalu tetap menjaga keharmonisan dengan alam lingkungan, demikian juga dengan media persembahyangannya, hanya penganut agama timur yang menyertakan atau menggunakan hasil alam untuk bisa mewujudkan rasa terima kasih dan puji syukur kepada Tuhan yang telah memberikan hidup serta kekayaan alam untuk menunjang kehidupan itu sendiri.
[blockquote align=”none” author=”Albert Camus”]You will never be happy if you continue to search for what happiness consists of. You will never live if you are looking for the meaning of life.[/blockquote]
SPEND TIME WITH PEOPLE YOU LOVE