Apakah Hindu Diperbolehkan Makan Daging? Padahal menganut paham Ahimsa ? kenapa semua mesti menganjurkan untuk vegetarian??
Saya sering mendapatkan pertanyaan dari umat beragama lain, dan dari umat sendiri yaitu apakah diperbolehkan makan daging hewan ?? Bukankah dengan makan daging secara tidak langsung akan mengakibatkan seseorang menjadi penjagal akan terus melakukan pembunuhan terhadap hewan agar dagingnya itu bisa dijual dan dibeli orang untuk dimakan ?? Dan dia akan terus menanggung semua dosa-dosanya karena melakukan pembunuhan dan semua roh yang telah dibunuh dan dimakannya itu akan menuntut balas, Akankah dia akan menanggung beban dosa itu ?
Dalam agama Hindu secara gampangnya kita semestinya berpikir dan menelaah, tidak ada dan dan tidak pernah disebutkan adanya keharusan bagi seseorang untuk tidak makan daging (Vegetarian) dan juga memperbolehkan seseorang memakan daging sapi yang disucikan atau juga tidak memperbolehkan makan daging babi atau daging ayam. Tetapi sangat begitu jelas ditulis dalam kegamangan (sangat abu-abu). Hidup ini adalah sebuah pilihan, dan sangat bebas untuk memilihnya, cuma ada sebuah wacana untuk mampu memberikan sebuah jawaban yang bisa masuk logika dari para suci apa yang diperkenankan dan diwajibkan untuk dimakan oleh gurunya secara sekala atau niskala untuk bisa melatih dirinya (tapa), untuk tidak makan daging. Namun sebuah latihan ini hendaknya tidak mesti dijadikan suatu peraturan atau keharusan dan memvonis orang lain yang makan daging itu lebih jahat, buas dan diperkuat dengan berbagai statement yang didapat baik itu dari wacana kitab suci yang telah diyakininya atau dari Guru yang telah menurunkan berbagai wacana dari para Sad Guru, Maha Yogi yang diyakininya masing-masing.
Sikap untuk tidak mengomentari cara hidup orang lain akan jauh lebih terhormat dan memberi cara pandang yang jauh lebih dewasa dan berpikir bijak semua yang ada di muka bumi adalah ciptaan Hyang Kuasa kita mesti menjaganya apabila memanfaatkan itu untuk dimakan hanyalah untuk sekedar bertahan hidup, bukan menjadi tujuan hidup terus untuk memakannya, menkonsumsi berlebihan, melakukan pembantain berlebih pula. Sebelumnya apapun itu yang akan dimakan mesti dipersembahkan pada Hyang Pencipta dan yang layak kita konsumsi adalah makanan yang telah kita persembahkan dulu padaNya.
Para Suci yang selalu mendapatkan suguhan makanan dari para umat itu hendaknya itu mesti mudah didapat, dan yang mudah dirawat dan tidak mempersulit umatnya. Oleh karena itu, apabila ada umat yang menyediakan para sucinya makanan tanpa daging, para maha suci tidak akan bisa menolak atau meminta makanan yang lain. Sebaliknya, apabila ada juga umat yang tanpa sadar atau secara sadar menyediakan para sucinya makanan yang berdaging, maka para suci juga tidak akan bisa menolak, serta meminta makanan yang lain pula, apalagi mengomentari makanan yang disuguhkannya itu tidak layak.
Dengan demikian, maka umatpun menjadi lebih mudah menyantuni makanan serta merawat kehidupan para sucinya tanpa harus menciptakan sebuah opini ruwet dan pertengkaran dan sangat begitu mudah bagi para umat yang menjamunya dan umat sendiri mesti cerdas untuk berpikir dan berbuat apa yang layak atau tidak layak bagi para sucinya untuk dimakan.
Adanya pandangan bahwa jika para suci tidak makan daging maka akan mengurangi pembunuhan hewan sebenarnya adalah pandangan yang sangat begitu sempit dan menganggap dunia ini hanya berisikan para suci saja sebagai penduduknya, yang jelas tidak melakukan pembunuhan terhadap hewan, Bagimana pula perlakuan terhadap berbagai tumbuhan-tumbuhan yang terus mereka makan dan konsumsi apa tidak juga merasa mereka itu dibunuh atau dimanfaatkan?
Dengan demikian, ketika para suci tidak makan daging, pembunuhan hewan akan berkurang atau bahkan berhenti sama sekali. Hal ini semua jelas tidak masuk akal. Buktinya, kita semua penduduk dunia, sebagian besar tidak pernah bosannya untuk mengkonsumsi daging dan di pasar tradisional daging masih banyak ada dan tetap saja dengan mudah dapat diperoleh, baik itu daging babi, sapi atau ayam bahkan kambing dsbnya.
Terdapat tiga persyaratan daging yang tidak dapat dimakan oleh para suci yaitu;
- Melihat hewan yang dimakan dagingnya itu masih hidup yang tak layak dikonsumsi dan masih dipeliharanya dengan kasih sayang oleh pemiliknya atau peternaknya.
- Mendengar hewan yang dikonsumi itu merintih kesakitan tanpa melalui doa bahwa hanya dagingnya saja dimanfaatkan dimakan untuk bertahan hidup, sudahkah mampu melakukan pertolongan dan rohnya sendiri sudah didoakan agar bisa kembali menjadi mahkluk yang lebih sempurna
- Tidak meragukan bahwa binatang itu tidak dibunuh dengan membabi bhuta tanpa melalui proses yang layak untuk bisa dipersembahkan pada Hyang Kuasa dulu, sebelum sebagai makanan untuk para suci.
Dengan adanya tiga persyaratan daging ini, maka umat yang membeli daging itu atau dikatakan bangkai di pasar setelah dimasak dapat dipersembahkan kepada para suci tanpa mempunyai kesalahan maupun karma buruk apapun juga. Di pasar itu dibeli atau tidak, dimakan para suci ataupun tidak, bangkai itu sudah ada di sana dan sudah terjadi pembunuhan mahluk hidup sebelumnya.
Oleh karena itu, para suci makan daging ataupun tidak, sebenarnya hal ini sangat tergantung pada umatnya sendiri yang memberikan dana makanan, bukan tergantung pada para suci yang tidak dapat memesan maupun memasak makanannya sendiri.
Jadi, kalau memang ada umat walaupun dari agama lain yang mengharapkan para suci tidak makan daging, sebaiknya mereka itu kita persilahkan untuk bisa membantu dan memberi dukungannyata bagi kehidupan para sucinya dengan menyediakan selamanya makanan tanpa daging untuk para sucinya di tempat suci terdekat.
Dengan demikian, mereka bukan hanya sekedar bisa memberikan usulan atau bahkan kritikan tentang jenis makanan para suci, melainkan mereka juga dapat memberikan jalan keluar yang bermanfaat untuk semua fihak bahwa jangan kaburkan statement mereka yang untuk bisa saling hujat, layanilah para sucimu dengan benar tanpa melalui hujatan dan pahamilah wacana ini dengan bijak. Mereka makan daging bukan karena pembunuhan tapi untuk mempertahankan hidup hanya itu yang mereka persembahkan.
Apabila kalian sebagai bhakta yang sudah taat untuk mejadi seorang vegetarian jangan sekali-kali mengomentari hidupnya mereka yang makan daging akan jadi A~Z menurut pemahamanmu sendiri justru itu malah akan jadi pertengkaran yang tak habis-habisnya
Semoga jawaban ini dapat membantu melengkapi jawaban atas pertanyaan para umat beragama lain tersebut. Semoga bahagia.
(MOHON UNTUK DIBACA BERULANG-ULANG KALI LALU TELAAH DENGAN JERNIH
JANGAN ARTIKAN SEPENGGAL-SEPENGGAL AKAN MENJADI RANCU DAN KACAU !!!)
Menjadi vegetarian dengan tidak memakan daging itu sangat baik, apabila itu dilakukan dengan tidak terpaksa apalagi suka memaksa orang lain untuk ikut menjadi vegetarian atau menjelek-jelekan pola makan orang lain dengan hoax paling serem, tentang hidup dan kehidupan setelah kematian yang sama sekali belum pernah dialami….Namun yang justru paling utama itu menjadilah seorang vegetarian sejati yang selalu kasing sayang dengan tidak menyakiti melalui kata-kata dan tindakan, itu malah justru lebih baik lagi, dengan tidak suka membabi buta mengomentari sebuah siklus hidup kehidupan seolah olah paling suci,…itu justru sangat membikin sangat kacau, gaduh dan sangat menyakiti perasaan orang lain!!!…..Sejatinya memanglah manusia itu lebih pas dan lebih bagus vegetarian karena usus kita terstruktur tidak memakan daging tetapi kita punya akal sudah bisa memasaknya dengan bagus dan sangat mudah bisa untuk ditelan dan lebih mudah bisa diurai oleh kerja usus sehingga bisa menjadi berbagai energy yang berguna untuk tubuh, itulah guna kita mempunyai akal yang lebih dari mahkluk yang lain.
Dari sudut agama manapun sangat abu-abu sekali tentang makanan itu tergantung dari sudut pandang mereka masing-masing dan caranya memandang, bila agama a haram, tetapi justru agama b malah menjadi halal, baik itu vegan atau tidak veganpun sama,…. apa karena makanan saja kita menjadi ribet, ribut,.. dan tidak habis-habisnya saling menghujat!!,…
“Kita makan itu untuk hidup” bukan sebaliknya “kita hidup hanya untuk makan saja!”…. Apalagi suka ngurusin makanan mereka, memaksa mereka ini dan itu,…biarkanlah jalan hidupnya berjalan apa adanya karena mereka sudah memiliki tradisi makanan apa yang bisa mereka makan atau tidak bisa dimakan!???,..